jalan dakwah itu berat

Merekaharus diberi pendekatan secara bijak. Friday, 16 Zulhijjah 1443 / 15 July 2022 Dakwahdan jihad, jalan hidup mu'min sejati. Kajian Jihad. Oleh Saif Al Battar Pada 8/04/2013 12:33. Oleh: Ustadz Abu Muhammad Jibriel Abdul Rahman. (Arrahmah.com) - Di medan da'wah dan jihad, pada diri seorang muslim sering muncul sifat dan watak tidak adil, berpura-pura dan munafiq. Seperti saat ini yang sebagian daripada ulama', da'i Penulis: Salim A. Fillah & Felix Siauw Halaman : 256 hlm Dimensi : 14 x 20cm Berat : 204 Gram ISBN : -3 Fisik : 1 Buku 2 Cover (bolak balik) Ta'aruf; -Kuantitas Bersamamu Di Jalan Dakwah Berliku + Beli sekarang. Islam Itu Mudah Rp 50.000 Rp 25.000. 2 Poin. Beli sekarang. Diskon 20%. Beli sekarang. Sunnah Sedirham Surga Dakwahitu ibarat gerbong kereta yang mengangkut para aktivisnya sebagai penumpang. Jika ada seseorang yang tertinggal dari gerbong, akan ada saja orang lain yang menggantikan kursi tempat duduknya. Tertinggalnya orang tersebut hampir tidak berpengaruh pada dakwah. Sebaliknya, yang tertinggal itulah yang menjadi rugi. Seemore of Dakwah Tangsel on Facebook. Log In. Forgot account? or. Create new account. Not now. Related Pages. KH. Muhammad Shiddiq Al Jawi. Interest. Muslimah Pembela Islam. Interest. GEMA Pembebasan - Jakarta Raya. Political Organization. Dakwah Sulsel. Video Creator. Tas rajut itoy nazz. Product/service. Site De Rencontre Dans Le Nord De La France. Oleh Winda S Septiana, [email protected] Rasulullah berdakwah tidak sekadar meminta masyarakat untuk melaksanakan ibadah yang bersifat individu. Tapi sampai menjadi islam tegak di muka bumi dan menjadi tatanan sebuah kehidupan dalam bermasyarakat. Sebab itu, dakwah adalah sebuah perjalanan panjang dan berat. Bahkan perjalanan dakwah bisa lebih panjang usianya daripada usia kita para dai. “Dakwah ini tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap Totalitas. Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama dakwah dan dakwah pun melebur dalam dirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang lemah dalam memikul beban dakwah, ia akan terhalang dari pahala besar seorang mujahid dan tertinggal bersama orang-orang yang duduk tanpa mengambil peran. Lalu Allah akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan lebih sanggup memikul dakwah ini.” Hasan Al-Banna Ada Beberapa tingkatan dakwah yang harus dilalui untuk sampai pada tingkatan tertinggi, antara lain 1. Membina Individu Pada tahapan pertama dalam dakwah individu yaitu dengan membina orang terdekat. Mengikat dengan halaqoh yang bersifat terus-menerus dalam waktu yang panjang demi mengupayakan perbaikan ruhiyah secara Individu, agar terciptanya pribadi yang shalih serta berdaya guna. 2. Membina keluarga Setelah selesainya di tahapan pembinaan individu, tugas seorang dai adalah membina keluarganya untuk menjadi keluarga yang Rabbani, keluarga yang mampu mentauhidkan Allah. Agar dari keluarga yang terbina lahirlah dari sana generasi-generasi yang akan meneggakkan agama Allah di belahan bumi manapun saat kakinya berpijak. 3. Membina masyarakat Setelah selesai dalam pembinaan keluarga, sehingga terbentuknya kader kader dakwah dari keluarga para dai, maka masing-masing keluarga daiyah itu mempunyai tanggung jawab dakwah dalam membina masyarakat. 4. Membangun bangsa dan negara Seiring perjalanan waktu dalam membina keluarga dan masyarakat, maka keluarlah dan bergeraklah, kini saatnya membangun peradaban dalam skala yang lebib besar. Membangun Bangsa dan Negara. 5. Membangun peradaban dunia Jika sudah melewati tahapan dakwah sampai tingkat Negara, maka sampailah kita pada titik puncak tertinggi dan bangunlah peradaban dunia yang baru dengan menjadikan islam sebagai sebuah tatanan kehidupan dalam bermasyarakat. Agenda para dai adalah satu rangkaian panjang sehingga islam mampu tegak di muka bumi. Yang tidak hanya sekadar lingkaran, tidak hanya sekadar dauroh, tidak hanya sekadar kajian-kajian bulanan. Tapi lebih besar lagi tujuan dakwah kita. Yaitu untuk menciptakan sebuah tatanan kehidupan baru yang berlandaskan aturan-aturan islam. Sebab, hakikat setiap kita adalah dai maka sudah semestinya kita membina individu sampai kalimat Allah tegak di seluruh penjuru bumi. Usia kita mungkin tidak akan sampai pada peradaban dunia baru. Tapi Allah telah mencatat kita sebagai bagian dari perjuangan di jalan dakwah ini. Perjalanan ini panjang dan berat. Sudah menjadi Tugas seorang dai untuk tidak hanya sekadar baik bagi diri sendiri, keluarga sendiri, dan tidak hanya selesai pada kehidupan di masyarakat yang baik. Tapi untuk dakwah yang lebih luas sehingga mampu mencakup ke seluruh penjuru di muka bumi. Sudah menjadi tabiat manusia itu senangnya santai santai dan seringkali terlena pada waktu luang. Namun jika amanah berat datang justru menghindar. Tapi percayalah wahai kader dakwah. Bahwa Allah, memilih kita para pengemban dakwah maka sangat tidak mungkin amanah itu salah sasaran. Saat amanah itu datang, maka bersiapsiagalah kita untuk mengembannya, bukan malah menghindar. Dan Allah memberikan ganjaran yang sesuai bagi perjuangan dan pengorbanan yang kita berikan untuk dakwah. Sebesar apa perjuangan dan pengorbanan yang kau berikan untuk dakwah. Sebesar itu juga pahala yang Allah berikan untuk kita. Begitu juga dengan kedudukan kita di mata Allah itu setara dengan perjuangan dan pengorbanan yang kita berikan untuk dakwah. Maka berikanlah yang terbaik untuk Allah. Apa yang telah mereka para salafush shalih berikan untuk dakwah sungguhlah tidak ada tandingannya sedikitpun dengan yang kita berikan hari ini. Mereka lah para pembangun dakwah di awal perjuangan, kita sebagai generasi setelah mereka menjadi penerus perjuangan panjang ini. Bersabarlah sampai Allah katakan “Cukup sampai di sini!”. Maka persiapkanlah dirimu sebelum berdakwah. Sebelum membina. Sehingga membina dengan kualitas jihad. Siapkan materi, Fisik, Ruhiyah dan Cinta pada jalan ini. Jihad menjadi satu kewajiban bagi setiap kita, baik dalam keadaan ringan ataupun berat seperti dalam firmanNya QS. At-Taubah 9 Ayat 41 Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” Dakwah juga ibarat jual beli dengan Allah. Sungguh tidak pernah merugi atas apa yang kita jual kepada Allah, pada harta keluarga dan jiwa sungguh itulah kepunyaan Allah. Allah abadikan dalam firmanNya QS. At-Taubah 9 Ayat 111 “Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, sebagai janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual-beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung.” Sudah menjadi hakikat bagi seorang kader dakwah untuk berjuang bersama-sama, berlomba dalam menebar benih kebaikan, di dalam barisan itu ada keberkahan, ada cinta dan sayap-sayap malaikat yang menaungi tiap perjumpaan para kader dakwah. Ambil peranmu dalam dakwah, sebab dakwah akan tetap berjalan dengan adanya kamu atau tidak dalam barisan. Wallahualam. [] Jalan dakwah adalah jalan yang mulia dan mahal. Sesungguhnya itulah jalan surga dan diredhai Allah, itulah jalan Allah. "Hai Tuhan kami, tetapkanlah tapak-tapak kaki kami di atas jalanMu". Jalan dakwah adalah jalan yang dipenuhi dengan segala perkara yang dibenci oleh hawa nafsu dan bukan merupakan jalan yang ditaburi bunga-bunga yang mewangi. Beberapa banyak rintangan yang menghalang dan beberapa banyak penyelewengan yang mungkin terjadi dalam beberapa aspek yang menjauhkan orang yang berjalan di atas jalannya. Seorang Muslim yang telah menyadari pengertian iman di dalam dirinya dan hatinya merasa bertanggungjawab terhadap Islam mestilah mencari jalan dakwah yang hendak dilaluinya. Dia mestilah mengetahui manhaj atau cara bekerja dan beriltizam dengannya. Setelah itu, dia wajib mempunyai pengetahuan mengenainya, mempunyai kesadaran dan keyakinan supaya dia tidak mudah tergelincir dan terpesong. Supaya dia tidak tersungkur dengan satu halangan. Di Antara Rintangan dan Penyelewengan Terdapat perbedaan yang jelas di antara rintangan dan penyelewengan. Jalan yang menyeleweng itu membawa orang yang melaluinya terpesong dari jalan yang sahih. Maka selagi dia tidak berusaha memperbaiki dirinya dan meninggalkan penyelewengannya, semakin hari dia akan bertambah jauh dari jalan yang benar terutama orang-orang yang berkobar-kobar semangatnya. Ada kalanya dia susah untuk kembali ke jalan yang sahih dan lurus kecuali dia mendapat rahmat dari Allah Rintangan-rintangan itu biasanya melintang di tengah-tengah jalan dakwah, merintangi para da’i, menahannya, melemahkan keazaman, mengelirukan fikirannya, merusakkan usaha dan hasil dakwahnya dan menjadikan seperti orang lain yang tidak mempunyai bekas, tidak mempunyai pengaruh dan tidak bernilai langsung. Penyelewengan dan rintangan itu berupa ujian dan halangan yang biasanya menimpa orang-orang yang beriman. Berdasarkan firman Allah yang bermaksud "Alif Lam Mim. Adakah manusia menyangka bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan "Kami telah beriman", sedangkan mereka tidak diuji lagi. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang berdusta".Al-Ankabut 1-3 Setelah kita membahas mengenai penyelewengan di dalam tema sebelumnya, kita akan membahas pula rintangan-rintangan ini di dalam tajuk ini, mengingat sebagian dari saudara saya yang dimuliakan telah mengingatkan saya bahwa pembicaraan mengenai penyelewengan ini sangat penting karena berbahaya, lebih-lebih lagi di masa ini dalam sejarah dakwah Islam, memerlukan penjelasan yang lebih lanjut lagi. Oleh itu kita akan kembali membincangkannya setelah kita selesai membicarakan tentang rintangan-rintangan itu. Rintangan-rintangan dan Halangan-halangannya Manusia Meninggalkan Dakwah Rintangan pertama di jalan dakwah yang dihadapi oleh para duat ialah manusia berpaling dari mereka dan tidak mempedulikan mereka kecuali yang telah diberi hidayat oleh Allah. Sekiranya dugaan-dugaan sedemikian rupa membuat mereka merasa susah, melemahkan keazaman mereka dan mereka tidak berpuas hati dengan sambutan yang telah diperoleh, maka dia telah gagal di permulaan jalan dakwah. Jangan diharapkan lagi mereka ini untuk meneruskan jalannya bersama angkatan para pendukung dakwah kepada Allah. Wajib setiap orang yang melalui jalan dakwah ini mempersiapkan dan memantapkan dirinya di atas jalan dakwah, walau bagaimana pun susahnya. Dia mesti dapat memahami bahwa untuk mendapat sambutan dan mencapai hasil yang memuaskan bukan satu perkara yang mudah karena pendukung dakwah itu menyeru manusia kepada perkara yang berlainan dengan kehendak nafsu mereka, mengajak mereka meninggalkan beberapa kepercayaan yang sesat dan berbagai-bagai perilaku buruk jahiliah. Lantaran itu, para da’i mestilah bersabar dan terus bersabar dalam menyampaikan dakwah walaupun berpaling daripadanya atau tidak memberi perhatian terhadap dakwahnya. Kita mengambil teladan dan qudwah hasanah pada diri Rasulullah di dalam urusan dakwah ini karena baginda adalah manusia yang paling tinggi, ideal dan paling mulia bagi para pendukung yang menyeru manusia pada jalan Allah. Dari sirah Rasul, kita dapati baginda terus menawarkan diri dan dakwahnya kepada kabilah-kabilah dan suku-suku bangsa Arab di pasar-pasar walaupun mereka berpaling dari baginda. Bahkan, mereka mengejek dan mengganggu baginda. Baginda juga merantau ke beberapa tempat yang jauh dan mengalami berbagai kesulitan selama menyampaikan dakwah Islam. Kita juga dapat mengambil teladan yang baik di dalam pengertian ini dari kisah-kisah yang dihidangkan oleh Al-Quran tentang bagaimana unggulnya kesabaran nabi Nuh dalam menyeru kaumnya kepada agama Allah. Dia sanggup bertahan dalam menyeru mereka kepada Allah selama 950 tahun walaupun sebagian besar mereka berpaling dari baginda dan juga mengganggu baginda. Firman Allah “Nuh berkata Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari dari kebenaran. Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka kepada iman agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya ke mukanya dan mereka tetap mengingkari dan menyombongkan diri dengan sombongnya. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka kepada iman dengan terang-terangan kemudian sesungguhnya aku menyeru mereka lagi dengan terang-terangan dan rahasia". Nuh 5-9 Demikianlah kesungguhan dan kesabaran nabi Nuh tatkala menyeru kaumnya kepada Allah siang dan malam, secara rahasia dan terang-terangan tanpa jemu dan putus asa. Kita juga mendapat pelajaran dari kisah nabi Yunus; dengan kaumnya. Dia meninggalkan kaumnya dengan perasaan karena mereka berpaling darinya dan tidak menyambut seruannya lalu Allah memberikan pengajaran kepadanya ditelan ikan Nun. Ini juga iktibar dan pengajaran kepada para pendukung dakwah kepada Allah. "Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan". Al-Ma’idah 99 Para duat ila Allah diwajibkan menyampaikan dakwah Islam kepada manusia. Mereka tidak dipertanggungjawabkan akan keberhasilannya dan hanya Allah saja yang berkuasa memberi hidayah. "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi hidayah kepada seorang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang dikehendakiNya". Al-Qasas 56 Wahai saudaraku, tatkala kamu menyeru manusia kepada Allah dan orang itu menerimanya dengan segera, itu adalah semata-mata karena karunia Allah. Sebaliknya, jika dia menolak dakwah dan berpaling darimu mungkin pada satu hari kelak dia teringat apa yang telah kamu serukan kepadanya lalu dia sadar dan kembali kepada jalan Allah dan saudara hanyalah menjadi faktor penyebab kepada hidayahNya. Sekiranya dia terus mabuk di dalam kesesatannya dan kebodohannya walaupun kamu telah memberikan berbagai hujah, maka kamu telah menunaikan kewajiban kamu terhadapnya. Kita mestilah menyadari hakikat bahwa orang yang kita seru kepada Allah dan kebaikan itu sebenarnya sedang berada di dalam keadaan lupa dan lalai. Oleh itu, mereka tidak sadar dan tidak insaf. Orang seperti itulah yang utama diseru dan diberi peringatan sehingga mereka sadar dan ingat kembali. Janganlah kita menyangka bahwa sambutan mereka yang pertama kepada dakwah telah mencukupi dan memadai untuk meneruskan dan mengekalkan kesadaran mereka terhadap tugas mereka kepada Allah dan kepada Islam supaya mereka terus berjalan di atas sirat almustaqim. Sekiranya kamu membiarkan mereka beberapa saat tanpa peringatan, pendidikan dan tanpa bimbingan seterusnya kemungkinan mereka akan kembali kepada suasana lupa dan lalai. Lantas kita menyangka bahwa mereka telah berpaling dari kita dan dari dakwah Islam, padahal pada hakikatnya, kitalah yang melupakan mereka dan mengabaikan mereka. Jadi kitalah sebenarnya yang bersalah. Cibiran dan Ejekan Tabiat diri kita mudah marah apabila diejek dan diganggu oleh orang lain. Berkat naungan Islam pada umumnya dan penglibatan dalam bidang dakwah pada khususnya, kita diwajibkan melatih diri supaya menerima segala gangguan, ejekan dan hinaan yang menimpa kita di jalan dakwah Islam. Sebenarnya semua ini tidak sedikitpun mengurangi derajat kemuliaan kita. Ambillah uswah hasanah contoh teladan yang baik dari diri Rasulullah sendiri yang telah menerima berbagai ejekan dari kaum musyrikin. Mereka telah melemparkan baginda dengan berbagai tuduhan palsu malah menuduh baginda sebagai pendusta, tukang sihir dan orang gila. Lebih dari itu mereka mengganggu, menyiksa, akhir sekali mereka menawarkan kepada baginda berbagai kemewahan hidup yang istimewa, tetapi ditolak mentah-mentah oleh Rasulullah Mereka mengusir baginda dari negeri baginda tetapi semuanya itu tidak memalingkan baginda dari dakwah, bahkan baginda terus mengembangkan dakwahnya dengan lebih giat lagi sambil berdoa kepada Allah supaya Allah memberi hidayah kepada mereka, dengan bersabda "Hai Tuhanku berikanlah petunjuk kepada mereka karena sesungguhnya mereka itu tidak mengetahui". Dengan uslub al-hakim cara yang bijaksana seperti itu Rasulullah telah sukses menawan beberapa hati yang tadinya tertutup dan menarik beberapa manusia kepada Islam yang tadinya berpaling dari baginda dan yang selama ini menentang baginda. Benarlah Allah Yang Maha Agung apabila berfirman "Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru manusia kepada Allah dan beramal soleh dan berkata "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri". Tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Dan tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang di antaramu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar". Fusillat 33-3 Para da’i tidak boleh sekali-kali marah kepada dirinya. Janganlah dijadikan ejekan dan gangguan manusia sebagai satu sebab yang membawa dia berpaling dari tugas yang mulia ini atau menyebabkan dia berhenti dari usaha dakwah. Jadilah kamu seperti apa yang dikatakan oleh Imam As Syahid Hassan al-Banna "Jadilah kamu dengan manusia seperti pohon buah-buahan yang mereka lempari dengan batu, tetapi pohon itu sebaliknya melempari manusia dengan buah-buahnya". Penyiksaan Penyiksaan dari petinggi jahiliah terdiri dari berbagai rupa dan warna dan datang dari berbagai sudut. Penyiksaan terhadap jasmani, rohani dan gangguan terhadap harta, ahli keluarga dan masyarakat, ataupun pemerintah yang sedang berkuasa yang zalim. Mereka inilah yang diseru kepada Allah supaya kembali kepada Islam. Kita tidak berkata dari pusat kekuatan mereka karena mereka sebenamya lemah, apabila mereka tidak dapat mematahkan hujah-hujah pendukung dakwah Islam, mereka menggunakan cara yang lemah yaitu dengan menerkam, memukul, mencengkram dengan kuku besi mereka dan menyiksa para pendukung kebenaran karena mereka menganggap dan menyangka bahwa kekejaman, pembunuhan dan penyiksaan mereka yang tidak berperikemanusiaan itu akan menghapuskan suara kebenaran ataupun memadamkan nur Ilahi dan sinar Islam. Tetapi sangkaan mereka pasti menemui kegagalan. "Mereka mau memadamkan nur Allah dengan mulut ucapan-ucapan mereka, dan Allah menyempurnakan cahayanya walaupun dibenci oleh orang-orang kafir". At-Taubah 32 Inilah dia sunnah Allah dalam dakwah untuk pendukung dakwah yang telah berlaku, yang sedang berlaku dan akan terus berlaku sepanjang umur manusia di muka bumi ini. "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang yang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dam kesengsaraan, serta digoncangkan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah bahwa sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat". Al-Baqarah214 Jadi apabila para du’at tidak ridha menerima gangguan dan penyiksaan seperti ini, tidak sabar menanggung sengsara, tidak mengharapkan pahala dari Allah dan hanya mengutamakan kenyamanan dan keselamatan. Gejala ini akan menimbulkan akibat yang merugikan agamanya, merugikan kedudukannya dalam menegakkan kebenaran, malah ia ridha duduk dan tinggal bersenang-senang di rumahnya menjauhkan diri dari jihad dan dakwah. Tidak mau lagi meneruskan perjalanan di jalan dakwah dan tidak mau lagi mengumandangkan suara dakwah dan kebenaran. Akhirnya dia mengalami kekalahan total di dalam melintasi rintangan itu. Dengan sendirinya, dia mengharamkan dirinya dari mencapai kemuliaan angkatan mujahidin dan ketinggian derajat pendukung dakwah. Allah pasti menggantikannya dengan orang lain yang lebih ridha berjihad pada jalan Allah tanpa takut kepada cercaan siapa pun. "Dan jika kamu berpaling, niscaya Dia akan menggantikan kamu dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan seperti kamu ini." Muhammad 38 Pada hakikatnya, Allah Maha Kaya dari kita dan jihad kita. "Barangsiapa yang berjihad maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu dari semesta alam." Al-Ankabut 6 Oleh karena itu para dai wajib memperkuat azam mereka, mengukuhkan kemauan mereka sejak bermulanya langkah pertama di atas jalan dakwah. Bersedia menanggung segala sengsara dan gangguan dari manusia, meminta bantuan hanya kepada Allah mengutamakan apa yang ada di sisi Allah, membulatkan keyakinan dan mempercayai dengan sepenuh jiwa raga bahwa segala bala bencana asalkan bukan neraka adalah baik belaka. Maka janganlah menyerah kalah berhadapan dengan kebatilan yang sedang merongrong dan mengancamnya. Sesungguhnya pada Rasulullah itu ada teladan yang baik. Qudwah hasanah yang telah ditunjukkan oleh para sahabat Rasulullah di dalam menanggung sengsara penyiksaan dan gangguan, tetapi mereka bersabar. Bersama kesusahan itu ada kesenangan dan bahwa gangguan itu merupakan tanda-tanda baik dan berita gembira dan kemenangan serta pertolongan dari Allah. "Dan sesungguhnya telah didustakan Rasul-rasul sebelum kamu akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan terhadap mereka, sampai datang pertolomgan kami kepada mereka. Tidak ada seorang pun yang dapat merubah kalimah-kalimah janji Allah". Al-An aam 34 Kelapangan dan Kesenangan Setelah Kesusahan Para pendukung dakwah yang muslim, biasanya mampu menghadapi bukit-bukit rintangan yang telah lalu yang berupa penolakan manusia, ejekan mereka serta gangguan dan penentangan mereka. Dengan penuh kesabaran, ketahanan, kesadaran dan kewaspadaan mereka mengumpulkan segala tenaga yang ada pada mereka untuk menghadapi gangguan pihak-pihak pendukung kebatilan jahiliah dan akhirnya mereka mencapai kejayaan. Kekuatan, kemauan dan jiwa mereka tidak pernah lemah dan luntur walaupun menghadapi kesusahan hidup, kerusakan dan keburukan suasana serta berbagai gangguan dan penindasan dari pihak yang menentang dakwah. Sehingga akhirnya Allah menghapuskan kesusahan, kesulitan dan meringankan tekanan dan gangguan baik seluruhnya atau sebagiannya. Biasanya pertolongan Allah ini akan mengurangi kepayahan dan keletihan serta menimbulkan kerehatan dan kelapangan untuk ketenangan saraf dan ketenteraman jiwa demi memperbaharui keaktifan dan kesegaran. Di sinilah lahirnya pula satu bukit halangan yang tidak terduga. Ketenangan jiwa, ketenteraman warna suasana penuh kerehatan dan kelapangan, kadang-kadang melalaikan kita, lantas kita menyerah kepadanya dan terus terlelap dan enak di dalamnya. Terutamanya apabila kerehatan dan kelapangan itu disertai oleh kemewahan atau kesenangan hidup. Kadang-kadang orang yang terjatuh pada bentuk rintangan seperti ini akan mencari-cari dan mereka-reka berbagai alasan untuk membenarkan tindakannya yang tidak sesuai dengan harakah dan merugikan dakwah Islam dan jihad. Sikap ini hanyalah semata-mata bertujuan untuk mengurangkan tekanan jiwa lawwamahnya jiwa yang menyesali. Akhirnya kerehatan dan kelapangan yang terbuka itu menjadi sempurna tanpa sebarang tekanan. Oleh karena itu, pendukung dakwah yang benar janjinya kepada Allah dan benar niatnya untuk berdakwah dan telah menjual dirinya dan hartanya kepada Allah, mesti menyadari dan menginsafi perkara ini dan hendaklah berterusan melepasi rintangan demi rintangan tanpa tersangkut dan tersungkur padanya. Saudara-saudaranya pula mesti menarik tangannya dan menolongnya untuk bangkit kembali meneruskan jihad dan perjuangannya di jalan Allah. Dakwah Islam senantiasa memerlukan usaha dan tenaga yang maksimal supaya dakwah senantiasa subur dan mekar. Alhamdulillah. Kemenangan dan kelapangan yang terluang tadi hanyalah merupakan alat peluang untuk memperbaharui kekuatan, kegiatan. "Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya tumbuh subur dengan izin Allah" Al-A’raaf58 TETAP TEGAR DI JALAN DAKWAH YANG PENUH RINTANGAN Oleh Muhammad Ihsanudin إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. والصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى عَبْدِهِ وَ رَسُوْلِهِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الَّذِي لاَ نَبِيَ وَ لاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ - بَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَ أَدَى الأَمَانَةَ وَ نَصَحَ الأُمَّةَ وَ جَاهَدَ فِي سَبِيْلِ اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ . فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ ونفسي بِتَقْوَى اللهِ، وطاعته في كلّ وقت لعلّكم ترحمون قال الله تعالي يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. و قال أيضا يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jum’at Rahimakumullah Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang telah mencurahkan kenikmatan dan karunia-Nya yang tak terhingga dan tak pernah putus sepanjang zaman kepada makhluk-Nya. Baik yang berupa kesehatan, kesempatan sehingga pada kesempatan kali ini kita dapat menunaikan kewajiban shalat Jumat di masjid yang mulia ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada pemimpin dan uswah kita Nabi Muhammad, yang melalui perjuangannyalah, cahaya Islam ini sampai kepada kita, sehingga kita terbebas dari kejahiliyahan, dan kehinaan. Dan semoga shalawat serta salam juga tercurahkan kepada keluarganya, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Pada kesempatan kali ini tak lupa saya wasiatkan kepada diri saya pribadi dan kepada jama’ah semuanya, agar kita selalu meningkatkan kwalitas iman dan taqwa kita, karena iman dan taqwa adalah sebaik-baik bekal untuk menuju kehidupan di akhirat kelak. Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jum’at Rahimakumullah Dalam kehidupan kita di era modern ini, salah satu hal yang paling penting untuk kita perhatikan adalah tetap istiqamah dan teguh berada di jalan Allah. Dengan semakin tuanya umur dunia, dan dengan semakin dekatnya zaman menuju hari kiamat, berbagai godaan dan fitnah dunia, baik berupa syubhat ataupun syahwat terus menguji keimanan dan merongrong aqidah seorang muslim, sehingga setiap saat ia bisa tergelincir jatuh ke jurang kesesatan. Merupakan sebuah fakta, bahwa setiap hari ajaran agama ini semakin terasa asing bahkan oleh pemeluknya sendiri. Oleh karena itulah Rasulullah memberikan perumpamaan bahwa orang yang berpegang teguh dalam memegang agamanya akan terasa seperti menggenggam bara api. Rasulullah bersabda القَابِضُ عَلَى دِيْنِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ “Orang yang berpegang teguh terhadap agamanya, bagaikan orang yang menggenggam bara api“ HR. At-Tirmidzi Itulah sebabnya kita melihat banyak terjadi peristiwa riddah atau keluar dari Islam, juga penyelewangan dan penyimpangan dalam beragama. Bahkan di kalangan aktifis Islam, kita juga melihat fenomena mundur dari medan perjuangan dan kemudian hanyut dan tenggelam dalam derasnya arus materialistik dan hedonisme. Dalam kaitannya dengan hal ini, kita harus mengingat kembali peringatan dari Rasulullah shallallahu alahi wasallam mengenai sifat alami dari hati yang selalu berubah dan berbolak-balik. Ada beberapa permisalan yang Rasulullah berikan untuk menggambarkan karakter hati yang rentan dan mudah berubah, seperti dalam sabdanya لَقَلْبُ ابْنِ آدَمَ أَشَدُّ انْقِلاَباً مِنَ الْقِدْرِ إِذَا اجْتَمَعَتْ غَلْياً “Sesungguhnya hati anak Adam itu lebih keras goncangannya daripada panci yang di dalamnya terdapat air yang mendidih“ HR. Ahmad dan Al-Hakim Juga dalam sabdanya إِنَّمَا سُمِّىَ الْقَلْبُ مِنْ تَقَلُّبِهِ، إِنَّمَا مَثَلُ الْقَلْبِ كَمَثَلِ رِيْشَةٍ فِى شَجَرَةٍ يُقَلِّبُهَا الرِّيْحُ ظَهْرًا لِبَطْنٍ “Sesunggunnya hati dinamakan kalbu karena sifatnya yang suka berbolak balik, sesungguhnya perumpamaan hati bagaikan sehelai dedaunan di pohon yang diombang-ambingkan oleh angin“ HR. Ahmad Karena sifat alami dari hati yang selalu berbolak-balik inilah maka kita perlu melakukan upaya maksimal untuk menyelamatkannya dari ujian syahwat dan syubhat. Kita perlu mengetahui apa saja faktor-faktor yang mampu membuat hati tetap teguh dan tegar di tengah hempasan fitnah dunia dan terpaan badai godaan dan cobaan. Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jum’at Rahimakumullah Semua kita pasti tahu bahwa dakwah merupakan kewajiban yang dibebankan atas setiap muslim. Allah Ta’ala tidak menghendaki kita hanya menjadi orang yang shalih, namun lebih dari itu Allah juga mengharapkan kita manjadi muslim yang muslih orang-orang yang mengadakan perbaikan. Mushlih lebih baik daripada Shalih. Karena shalih hanya untuk diri sendiri. Sementara muslih, ia menjadi shalih li nafsihi wa li ghairihi. tidak hanya mementingkan keshalihan pribadi, tapi juga keshalihan orang-orang ada di sekitarnya. Dan keberadaan orang-orang muslih ini lah umat ini akan dijaga oleh Allah. Dalam firman-Nya, Allah Ta’ala berfirman وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَىٰ بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ ”Dan Rabbmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang melakukan perbaikan mushlihun,” QS. Hud 117 Perlu disadari bahwa untuk menjadi muslih ternyata tidaklah mudah. Kita mesti harus berdakwah dan terus memotivasi diri agar tetap bersabar di jalan tersebut. Jalan yang memiliki beban yang sangat berat, beban risalah Ilahiyah, beban menyelamatkan manusia dari kejahilan, kezhaliman dan kesengsaraan. Karena itu, perlu kita sadari bahwa jalan dakwah ini tidaklah ringan, penuh halangan dan rintangan. Terutama dari orang zhalim yang tidak ingin hukum Allah tegak di muka bumi. Ada banyak contoh yang bisa kita petik hikmahnya dari beberapa kejadian yang menimpa para da’i belakangan ini. Mulai dari aksi teror, persekusi, intimidasi, ancaman, penghadangan dan rentetan kezaliman lainnya. Kasus ini tidak hanya menimpa satu dua ustadz, tapi juga dirasakan oleh setiap orang yang lantang menyuarakan kebenaran. Memang, kehadiran orang-orang muslih yang ingin melalukan perbaikan ini selalu menjadi ancaman bagi mereka yang terganggu kebebasannya. Namun di balik kasus itu semua, ada satu hal yang patut kita sadari bersama. Bahwa upaya penggembosan terhadap penyampai pesan kebenaran bukanlah hal baru dalam perjuangan umat Islam. Sejak awal risalah Islam, upaya permusuhan selalu dimunculkan oleh musuh-musuh Islam. Berbagai cara dilakukan, siapa pun yang bergabung dalam penyebaran agama Islam akan dihadang dan dianiaya oleh kafir Quraisy. Beratnya tantangan itu, tidak menyebabkan Rasulullah dan para pengikutnya merasa takut dan meninggalkan tugas mulia ini. Bahkan dalam sebuah riwayat disebutkan, ketika mencapai pada puncak penindasan, Abu Thalib membujuk Nabi shallallahu alaihi wasallam agar meninggalkan dakwahnya. Saat itu, muncul sebuah kalimat agung dari lisan beliau يَا عَمُّ ، وَاَللَّهِ لَوْ وَضَعُوا الشَّمْسَ فِي يَمِينِي ، وَالْقَمَرَ فِي يَسَارِي عَلَى أَنْ أَتْرُكَ هَذَا الْأَمْرَ حَتَّى يُظْهِرَهُ اللَّهُ ، أَوْ أَهْلِكَ فِيهِ ، مَا تَرَكْتُهُ “Demi Allah, seandainya mereka sanggup meletakkan matahari di sebelah kananku dan bulan di sebelah kiriku agar aku mau meninggalkan urusan dakwah ini, aku tidak akan meninggalkannya, sampai Allah memenangkan dakwah ini atau aku hancur karenanya,” Terbukti, selama dua puluh tiga tahun berdakwah, Rasulullah tidak pernah bergeser sedikit pun dari prinsip yang diperjuangkannya. Walaupun dalam perjalanannya beliau seringkali dihina, difitnah, diboikot, bahkan berulang kali diteror dengan upaya pembunuhan. Sebab, beliau paham bahwa risalah yang diembannya itu memang harus siap dimusuhi oleh kaumnya. Sejak pertama kali mendapatkan wahyu, beliau telah diwanti-wanti oleh Waraqah bin Naufal, “Tidak ada seorang pun yang datang membawa kebenaran seperti yang kamu bawa, melainkan pasti akan dimusuhi.” HR. Bukhari Demikianlah karakter dakwah yang harus dipahami oleh para da’i. Perjuangan menegakkan Kalimat Allah bukanlah perkara yang mudah. Ia bukanlah jalan yang mulus dan dipenuhi oleh pujian manusia. Tetapi ia adalah jalan yang sulit penuh dengan perangkap dan cobaan. Jalan yang selalu dihadang dan dimusuhi. Baik secara mental maupun fisik. Laksana kata, dakwah yang haq tanpa dibarengi ujian dan rintangan, seperti sebuah usaha yang patut dipertanyakan; dakwah seperti apakah itu? Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jum’at Rahimakumullah Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menuturkan beratnya beban dakwah ini dengan ungkapannya, “Jalan menuju Allah adalah jalan di mana, Adam kelelahan, Nuh mengeluh, Ibrahim dilempar ke dalam api, Ismail ditelentangkan untuk disembelih, Yusuf dijual dengan harga murah dan dipenjara selama bertahun-tahun, Zakaria digergaji, Yahya disembelih, Ayyub menderita penyakit kulit. Daud menangis melebihi kadar semestinya. Isa berjalan sendirian. Dan Muhammad shallallahu alaihi wassalam mendapatkan kefakiran dan berbagai gangguan. Sementara kalian ingin menempuhnya dengan bersantai ria dan bermain-main? Demi Allah takkan pernah bisa terjadi.” إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ* أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Rabb kami adalah Allah’ lalu mereka istiqamah, maka tidak ada rasa takut atas mereka dan tidaklah mereka merasa sedih. Mereka itulah para penguhi surga, mereka kekal di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” Al-Ahqaf 13-14 Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jum’at Rahimakumullah Profil para ulama yang merasakan langsung beratnya beban dakwah ini bisa kita temukan di setiap masa perjalanan islam itu sendiri. Para sejarawan Islam banyak mencatat beragam kezaliman yang dirasakan para da’i dalam dakwahnya. Mulai dari masa sahabat, tabiin, tabiut tabiin hinnga pada masa-masa berikutnya. Sebagai contoh, sebut saja misalnya kisah Imam Abu Hanifah yang rela dicambuk karena menolak tawaran khalifah al-Manshur untuk dijadikan qadhi, Imam Malik juga pernah dicambuk oleh penguasa pada zamannya karena tidak mau menuruti titah penguasa, Imam Syafi`i dituduh sebagai pendukung Syiah oleh pendengkinya, Mutharrif bin Mazin. Bahkan dia memprovokasi Khalifah Harun Ar-Rasyid untuk menangkap Imam Syafi`i dan orang-orang alawiyin. Diutuslah Hammad al-Barbari untuk menangkap Imam Syafi`i dan orang-orang alawiyin. Ia dirantai dengan besi bersama orang alawiyin dari Yaman hingga Raqqah, kediaman Harun Ar-Rasyid. Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jum’at Rahimakumullah Imam Ahli Hadits, Ahmad bin Hanbal juga pernah mengalami nasib yang lebih menyakitkan. Ia dicambuk, dipenjara selama 30 bulan oleh Ma`mun gara-gara tidak mengakui kemakhlukan Al-Qur`an sebagaimana yang diyakini kelompok mu`tazilah. Demikian juga dengan Imam Bukhari, beliau terpaksa pergi dari negerinya karena “berusaha disingkirkan” oleh Penguasa Dhahiriyah di Bukhara saat itu, Khalid bin Ahmad al-Dzuhali. Penyebabnya, Imam Bukhari menolak permintaan Khalid untuk mengajar kitab “Al-Jami`” dan “al-Tarikh” di rumahnya. Bukhari beralasan, seharusnya yang butuh ilmulah yang mendatanginya, bukan ulama yang mendatangi yang butuh. Pada akhirnya, Bukhari pergi meninggalkan negerinya tersebut. Kisah-kisah di atas menunjukkan bahwa sudah biasa para ulama dihadang dan dianiaya saat menyampaikan kebenaran. Dan yang menakjubkan adalah tidak ada satu pun dari mereka yang takut lalu mundur meninggalkan jalan dakwah tersebut. Bagaimana pun perlakuan musuh, mereka tetap tegar di atas jalur perjuangan. Mereka cukup memahami bahwa sudah menjadi sunnatullah jika penegak kebenaran akan selalu dimusuhi. Hanya saja, yang menjadi persoalan mendasar bagi umat saat ini adalah sikap terbaik apa yang harus dilakukan ketika ulama dikriminalisasi. Apa hanya diam saja, atau bergerak membantu jalan perjuangan para ulama. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ KHUTBAH KEDUA اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْداً كَثِيْراً طَيِّباً مُبَارَكاً فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ قَالَ تَعَالَى يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا {وَقَالَ {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا{, أَمَّا بَعْدُ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ دِيْنَكَ وَكِتَابَكَ وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا المُسْلِمِيْنَ المُسْتَضْعَفِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ فِي أَرْضِ الشَامِ وَفِي كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ كُنْ لَنَا وَلَهُمْ حَافِظاً وَمُعِيْنًا وَمُسَدِّداً وَمُؤَيِّدًا، اَللَّهُمَّ وَاغْفِرْ لَنَا ذُنُبَنَا كُلَّهُ؛ دِقَّهُ وَجِلَّهُ، أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ، سِرَّهُ وَعَلَّنَهُ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ حُبَّكَ، وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ، وَحُبَّ العَمَلَ الَّذِيْ يُقَرِّبُنَا إِلَى حُبِّكَ. اَللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِيْنَةِ الإِيْمَانِ وَاجْعَلْنَا هُدَاةَ مُهْتَدِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَأَخْرِجْنَا مِنَ الظُلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ. اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. Jalan dakwah tidak ditaburi bunga-bunga yang harum baunya, tetapi merupakan jalan yang panjang dan penuh kesulitan. Sebab, antara yang haq ... Jalan dakwah tidak ditaburi bunga-bunga yang harum baunya, tetapi merupakan jalan yang panjang dan penuh kesulitan. Sebab, antara yang haq dan yang batil ada pertentangan nyata. Dakwah memerlukan kesabaran dan ketekunan dalam memikul beban berat. Dakwah memerlukan kemurahan hati, kedermawanan dan pengorbanan tanpa mengharap hasil yang segera, tanpa putus asa dan putus harapan. Yang diperlukan ialah usaha dan kerja yang terus menerus dan hasilnya terserah kepada Allah, sesuai waktu yang dikehendaki-Nya. Mungkin aktifis dakwah tidak melihat hasil dan buah dakwah di dalam hidup dunia ini. Kita hanya diperintah beramal dan berikhtiar, tidak diperintah melihat hasil dan buahnya. Sebaliknya, aktifis dakwah di jalan Allah akan menemui berbagai gangguan dan penyiksaan dari golongan taghut serta musuh-musuh Allah yang ingin menghapuskan mereka, memusnahkan dakwah mereka, atau menghalangi mereka dari jalan Allah. Itu adalah persoalan biasa yang telah berulang kali terjadi di masa silam dan akan terus terjadi di masa yang akan datang. Semuanya didorong oleh ketakutan para taghut. Mereka takut kekuasaannya yang berdiri di atas kebathilan akan musnah jika yang haq bangun dan bergerak menghapus kebathilan. Allah SWT berfirman "Sesungguhnya Kami melontarkan yang haq kepada yang bathil, lalu yang haq itu menghancurkannya, maka serta merta yang bathil itu lenyap." QS. Al-Anbiya' 18 Dalam menggalakkan terkaman dan cengkraman kuku besi mereka ke atas dakwah al-haq dan para pendukungnya, mereka terlebih dulu akan menciptakan berbagai tuduhan yang keji dan penuh kedustaan. Tuduhan-tuduhan jahat dan dusta itu kemudian dilemparkan kepada para pendukung dakwah. Mereka gambarkan kepada manusia bahwa para pendukung dakwah itu adalah musuh bangsa dan rakyat, supaya orang-orang bangun menentang mereka seperti apa yang dilakukan oleh Fir'aun dan para pembesarnya terhadap Musa. Firman Allah "Dan berkatalah Fir'aun kepada pembesar-pembesarnya Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir ia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi" QS. Al-Mukmin 26 Demikianlah sikap Fir'aun, pembesar dan pengikutnya baik Fir'aun kuno maupun Fir'aun modern. Nabi Musa dituduh sebagai perusak dan Fir'aun dianggap sebagai pembela bangsa dan pemelihara kepentingannya. [Sumber Fiqhud Dakwah, karya Syaikh Mustafa Masyhur] En effet, depuis quelques années déjà, une pra tique s est installée dans la 3e religion brahmanique qui est l'islam, et gagne du terrain à travers le monde. Il s'agit donc de quoi? En faite, même si ce fait a existé ; la "dawa" qui consiste à prêcher dans la rue dans le but d'appeler les gens vers la religion est entrain de prendre de l'empleur en Afrique, dans le monde en général et en particulier en Côte d'Ivoire. En réalité, avant, c'était le christianisme qui excellait dans ce domaine. Mais aujourd'hui, chose est de constater que ce fait vient en puissance au niveau de l'islam. Ainsi, nous avons des prédicateurs comme Hamed Deedat ; le sud-africain d'origine pakistanaise et indienne qui fait des conférences et débats internationaux avec de grand pasteurs internationaux, nous avons aussi Abdul Majid théologien et docteur d'étude en religion comparée du côté de la RDC, l'imam Moctar au Cameroun, ainsi que la BAM, et la DDR en Côte d'Ivoire. En effet, la DDR qui signifie Dawa Dans la Rue est composé d'un duo de prédicateurs qui sont oustaz Diané dit ordinateur et Isamël Aka qui notons-le est fils d'un pasteur. En effet, ces prédicateurs qui semblent connaître la Bible et le coran par cœur ont choisi les rues ainsi que les réseaux sociaux comme plateforme pour faire des débats inter-religieux c est à dire, discuter et debattre avec des adeptes du christianisme aux travers des versets bibliques ou coraniques au sujet des points de divergence; expliquer la religion afin d'y attirer des personnes assoiffées de vérité; d'où le nom de l'autre groupe BAM qui signifie "Brigade Anti Mensonge" Cependant, comme dit plus haut, il faut dire qu'à une certaine époque seuls les adeptes deu christianisme prêchaient dans les rues comme Jean Baptiste dans la Bible. Cependant, il y'a quelques temps cette pratique a du succès auprès des musulmans ivoiriens qui ont emboîté le pas et prêchent l'islam dans la rue à travers les quartiers d'Abidjan et même à l'intérieur du pays. Notons que plusieurs personnes pour la plupart des chrétiens et des personnes n'ayant pas appartenu à aucune religon ont été converties aux travers de leur canal. Ainsi, nous avons des prédicateurs islamistes dans la rue tout comme les chrétiens. Alors, les prêches islamique dans la rue comme le christianisme ; qu'en pensez vous ? Likez, partagez et surtout abonnez-vous pour plus d'informations Content created and supplied by Papsntidiane via Opera News Opera News is a free to use platform and the views and opinions expressed herein are solely those of the author and do not represent, reflect or express the views of Opera News. Any/all written content and images displayed are provided by the blogger/author, appear herein as submitted by the blogger/author and are unedited by Opera News. Opera News does not consent to nor does it condone the posting of any content that violates the rights including the copyrights of any third party, nor content that may malign, inter alia, any religion, ethnic group, organization, gender, company, or individual. Opera News furthermore does not condone the use of our platform for the purposes encouraging/endorsing hate speech, violation of human rights and/or utterances of a defamatory nature. If the content contained herein violates any of your rights, including those of copyright, and/or violates any the above mentioned factors, you are requested to immediately notify us using via the following email address operanews-externalat and/or report the article using the available reporting functionality built into our Platform See More cameroun rdc

jalan dakwah itu berat